Latest Article Get our latest posts by subscribing this site

bagus


idsvhdiovjdovjovjeojfewofjeofjeofj



COMUNITY NIGHT DAY

COMUNITY NIGHT DAY

assalamu alaikum ikhwan akhwat fii sabilillah alhamdulillah atas segala kasih sayang allah kita masih bisa di pertemukan pada kesemnpatan yang baik ini, ikhwan akhwat tentunya masih ingat sabda rasulullah bahawasanya sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain..., dan juga surah al-ash'r  nah itu lah dasar landasan bg saya tergugah untuk mengingatkan serta mengajak teman2 semua melaksanakan solat lail... dalam surah al muzammil dan al mudatsir allah memanggil kita untuk terbangun di malam hari melaksanakan solat lail.... saya pribadi membuat sebuah program comunity night day dmn pada program ini teman2 semua akan di beri kemudahan mendapat sms atau miscol di waktu sepertiga malam hari... mari bergabung dengan cara ketik DAFTAR#NAMA#IKHWAN / AKHWAT#USIA#KOTA KIRIM KE 085736706782 SAYA JAMIN GERATIS...

NB: PROGRAM INI TERLAKSANA JIKA SALDO PULSA SAYA MASIH ADA DAN CUKUP ...

semoga ALLAH meridhoi kita semua,

ttd


HANIF FERIANTO

DEMI MASA, jangan mau merugi euy,,,

Oleh : Hanif ferianto
assalamu alaikum, ikhwah fillah yang di muliakan Allah begitu jelas dan sejak dini Allah telah mengingatkan kepada seluruh hambanya di dalam surah Al-Ashr bahwasanya manusia itu benar2 berada di dalam kerugian.. sering kali semenjak tk hingga sma atau mungkin hingga keperguruan tinggi anda selalu membaca surah ini, apa sih sebenernya makna dari surah al-ashr itu...?? ya mari kita kembali mengingat memori....
Mari kita perhatikan ayat berikut:
(1) Demi masa.
(2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian,
(3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.
pada ayat ke3 disampaikan bahwasanya ada sebagian dari manusia yang tidak merugi lalu siapakah mereka?
>pertama orang2 yang beriman, orang2 yang beriman yang senantiasa tak prnah lelah mereka merindukan allah, tak pernah henti mereka mengingat allah, karena di dalam hatinya ia akan merunduk ketika ayat2 allah di dendangkan, dan menjadikannya semakin ingat akan noda dan nista dirinya
>kedua mengerjakan amal shaleh, mengerjakan amal shaleh karena mengharap ridha allah... lain lagi dengan yang berharap di puji atau ingin mendapat julukkan si sholeh dari manusia loh... hehehe.. mungkin sulit dan hampir tidak bisa sepenuhnya kita menghapus riya' dari dalam diri kita.. tapi ingat Allah itu melihat sejauh mana usaha kita... jadi kita semaksimal mungkin aja deh menghapus riya' itu... selebihnya biar Allah yang menilai..
>ketiga yaitu orang yang menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.. ada mungkin di antara teman anda yang pernah mengejek atau seakan ia seperti menghalangi jalan dakwah anda untuk mengingatkan saudara2 kita, tapi tenanglah gak perlu kita ambil hati... kita doakan aja semoga cepat bertambah ilmunya, amin.... hehhehe... ikhwah fillah yang di muliakan Allah... yuk bersama2 kita menghidupkan dakwah kita... karena tanpa dakwah manusia seakan terombang ambing jalan kehidupan nya... selamat berjuang semoga Allah mem berkahi kita... amin.. MA'ANNAJAH...

silahkan copy paste tapi jgn lupa sertakan alamat berikut:

www.hanifump.blogspot.com

Banyak Kematian Mendadak, Anak Muda Harus Perbanyak Amal Shalihnya

Banyak Kematian Mendadak, Anak Muda Harus Perbanyak Amal Shalihnya
Oleh: Badrul Tamam

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah atas segala limpahan nikmat-nikmat-Nya. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para sahabatnya.

Bagi orang yang umurnya banyak (tua) hendaknya memperbanyak amal shalih. Hal ini karena satu hukum alam yang sudah Allah tetapkan, orang tua lebih dekat kepada kematian daripada anak muda, karena tua adalah puncak dari umur manusia. Orang muda masih ada harapan tua, tapi orang tua tak akan lagi menjadi muda apalagi remaja.

Namun demikian, bukan berarti anak-anak muda boleh berleha-leha karena kematiannya masih lama. Sebab manusia, tua atau muda, tak tahu kapan akan meninggal dunia. Terkadang ada orang yang meninggal saat dia masih muda, terkadang diakhirkan sampai usia tua. Karenanya anak mudapun kudu memperbanyak amal shalih sebagai bekal menghadapi kematian.

Satu pelajaran yang berharga, seusai shalat Dzuhur berjamaah di Masjid Agung Al-Barkah Bekasi, jamaah dimohon untuk ikut menshalatkan jenazah saudara muslim yang sudah dibawa di masjid. Agus Heru Purnomo bin Satimin, namanya. Beliau meninggal dunia tadi malam dalam usia, 41 tahun. Terhitung masih muda, belum terlalu tua. Menurut penuturan salah satu perwakilan keluarga yang usianya lebih tua, keponakannya ini meninggal pada pukul 02.00 dini hari tadi (Senin, 20 November 2011), tanpa di dahului sakit. Maksudnya, meninggal secara tiba-tiba atau mendadak. Dan di akhir zaman, sebagaimana tuliskan kami terdahulu di voa-islam.com, kematian mendadak di akhir zaman semakin marak. Hal ini hendaknya meningkatkan kewaspadaan kita semua, karena khabar dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pastilah benar.

Kematian Datang Tanpa Diundang

Sesungguhnya kematian merupakan misteri bagi manusia. Tak seorangpun yang tahu kapan datangnya. Namun satu kepastian bahwa ajal (waktu kematian) seseorang sudah tercatat jauh hari di Lauhul Mahfudz sebelum manusia diciptakan. Dan ketika seseorang sudah tiba ajalnya, maka tidak bisa diajukan barang sesaat ataupun diundurkan. Allah Ta’ala berfirman,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al A'raf: 34)

Setelah kematian maka kesempatan beramal telah habis. Manusia akan mendapatkan balasan dari amal-amal perbuatannya di alam kubur, berupa nikmat atau adzab kubur. Dan ketika sudah terjadi kiamat, dia akan dibangkitkan dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya di hadapan Allah.

"Maka barang siapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."(QS.Al-A’raf:35)

Sedangkan orang yang kafir dan ingkar terhadap kebenaran Islam, “Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, mereka itu penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”(QS.Al-A’raf:36)

Kematian Mendadak Semakin Marak di Akhir Zaman

Kasus Meninggal mendadak seperti yang menimpa Agus Heru Purnomo di atas semakin sering kita dengar. Bahkan beberapa public figure seperti Adjie Massaid, Basukin dan lainnya telah mengalaminya. Dan di akhir zaman, jumlahnya semakin banyak sebagimana yang diungkapkan oleh Yusuf bin Abdullah bin Yusuf al Wabil dalam kitabnya Asyratus Sa'ah. Beliau menyebutkan, kematian yang datang tiba-tiba atau mendadak merupakan salah satu dari tanda dekatnya kiamat. Hal ini didasarkan pada beberapa kabar hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, salah satunya hadits marfu' dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu,

إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ . . . أَنْ يَظْهَرَ مَوْتُ الْفُجْأَةِ

"Sesungguhnya di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah . . . akan banyak kematian mendadak." (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jami' al-Shaghir no. 5899)

Fenomena ini sudah sering kita saksikan pada masa sekarang ini. Orang yang sebelumnya sehat bugar, tiba-tiba ia mati mendadak. Hal ini dibenarkan oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) berdasarkan sebuah penelitian, setiap tahunnya banyak orang meninggal karena stroke dan serangan jantung, bahkan disebutkan kalau penyakit jantung menempati urutan pertama yang banyak menyebabkan kematian pada saat ini.

Dalam hadits ini terdapat mukjizat ilmiah yang kita benarkan melalui kajian kedokteran yang harus diakui. Mukjizat ini membuktikan bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah utusan Allah yang tidak berbicara berdasar hawa nafsunya, tapi yang beliau sampaikan adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada beliau.

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى

"Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." (QS. Al-Najm: 3-4)

Rasanya orang yang hidup pada zaman Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tak pernah membayangkan fenomena merebaknya kematian mendadak, kecuali berdasarkan wahyu ilahi yang menyingkap fenomena ini.

Maksud Kematian Mendadak

Banyak sebab kematian, tapi kematian itu tetap satu. Hal ini menunjukkan bahwa kematian memiliki sebab, seperti sakit, kecelakaan, atau bunuh diri dan semisalnya. Sedangkan kematian yang tanpa didahului sebab itulah maksud kematian yang mendadak yang belum bisa diprediksi sebelumnya. Seiring majunya ilmu kedokteran, manusia bisa menyingkap tentang sebab kematian seperti kanker, endemik, atau penyakit menular. Penyakit-penyakit ini mengisyaratkan dekatnya kematian, tetapi sebab yang utama adalah mandeknya jantung secara tiba-tiba yang datang tanpa memberi peringatan.

Para ulama mendefinisikan kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung.

Imam al-Bukhari dalam shahihnya membuat sebuah bab,

بَاب مَوْتِ الْفَجْأَةِ الْبَغْتَةِ

"Bab kematian yang datang tiba-tiba". Kemudian beliau menyebutkan hadits Sa'ad bin 'Ubadah Radliyallah 'Anhu, beliau berkata kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, "Sesungguhnya ibuku telah meninggal dunia secara mendadak dan aku yakin seandainya ia berbicara sebelum itu, pastilah dia ingin bersedekah. Maka dari itu, apakah dia akan mendapat pahala apabila jika aku bersedekah untuknya?" Beliaupun menjawab, "Ya". (Muttafaq 'alaih)

. . . kematian mendadak sebagai kematian tak terduga yang terjadi dalam waktu yang singkat dan salah satu kasusnya adalah seperti yang dialami orang yang terkena serangan jantung. . .

Kematian Mendadak Dalam Pandangan Ulama

Sebagian ulama salaf tidak menyukai kematian yang datang secara mendadak, karena dikhawatirkan tidak memberi kesempatan seseorang untuk meninggalkan wasiat dan mempersiapkan diri untuk bertaubat dan melakukan amal-amal shalih lainnya. Ketidaksukaan terhadap kematian mendadak ini dinukil Imam Ahmad dan sebagian ulama madzhab Syafi'i.

Sementara Imam al-Nawawi menukil bahwa sejumlah sahabat Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan orang-orang shalih meninggal secara mendadak. An-Nawawi mengatakan, "Kematian mendadak itu disukai oleh para muqarrabin (orang yang senantiasa menjaga amal kebaikan karena merasa diawasi oleh Allah)." (Lihat (Fathul Baari: III/245)

Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata, "Dengan demikian, kedua pendapat itu dapat disatukan." (Fathul Baari: III/255)

Terdapat keterangan yang menguatkan bahwa kematian mendadak bagi seorang mukmin tidak layak dicela. Dari Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'Anhu, dia berkata, "Kematian mendadak merupakan keringanan bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang-orang kafir." Ini adalah lafadz Abdul Razaq dan al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, sedangkan lafadz Ibnu Abi Syaibah, "Kematian mendadak merupakan istirahat (ketenangan) bagi seorang mukmin dan kemurkaan atas orang kafir." (HR. Abdul Razaq dalam al Mushannaf no. 6776, al-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir no. no. 8865)

Dari Aisyah Radliyallah 'Anha, berkata, "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengenai kematian yang datang tiba-tiba. Lalu beliau menjawab,

رَاحَةٌ لِلْمُؤْمِنِ وَأَخْذَةُ أَسَفٍ لِفَاجِرٍ

"Itu merupakan kenikmatan bagi seorang mukmin dan merupakan bencana bagi orang-orang jahat." (HR. Ahmad dalam al-Musnad no. 25042, al-Baihaqi dalam Syu'ab al-Iman no. 10218. Syaikh al Albani mendhaifkannya dalam Dha'if al Jami' no. 5896)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dan Aisyah Radliyallah 'Anhuma, keduanya berkata, "Kematian yang datang mendadak merupakan bentuk kasih sayang bagi orang mukmin dan kemurkaan bagi orang zalim." (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam al Mushannaf III/370, dan al-Baihaqi dalam al-Sunan al Kubra III/379 secara mauquf).

Alangkah indahnya hadits yang dijadikan sebagai penguat oleh Imam al-Baihaqi dalam al Sunan al-Kubra pada kitab "Al-Janaiz" Bab, "Fi Mautil Faj'ah", dari hadits Abu Qatadah, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah dilalui iring-iringan jenazah. Beliau lalu bersabda, "Yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, apa maksud yang istirahat dan yang diistirahatkan darinya?" Beliau menjawab,

الْعَبْدُ الْمُؤْمِنُ يَسْتَرِيحُ مِنْ نَصَبِ الدُّنْيَا وَأَذَاهَا إِلَى رَحْمَةِ اللَّهِ ، وَالْعَبْدُ الْفَاجِرُ يَسْتَرِيحُ مِنْهُ الْعِبَادُ وَالْبِلاَدُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَابُّ

"Seorang hamba yang mukmin beristirahat dari keletihan dunia dan kesusahannya, kembali kepada rahmat Allah. Sedangkan hamba yang jahat, para hamba, negeri, pohon dan binatang beristirahat (merasa aman dan tenang) darinya." (HR. Muslim no. 950, Ahmad no. 21531)

Kematian mendadakn yang dialami seorang mukmin adalah kebaikan baginya. Dia terbebas dari hiruk pikuk dunia yang menjemukan dan terbebas dari fitnah-fitnahnya. Sedangkan Kematian mendadak yang dialami seorang fajir merupakan kabar gembira bagi hamba Allah, mereka akan terbebas dari gangguannya. Di antara gangguannya adalah kezalimannya terhadap mereka, kesenangannya melakukan kemungkaran dan jika diingatkan malah menantang dan itu menyulitkan mereka. Jika diingatkan malah menyakiti dan bila didiamkan mereka menjadi berdosa. Sedangkan istirahatnya binatang adalah dikarenakan sang fajir tadi selalu menyakiti dan menyiksanya serta membebani di luar kemampuannya, tidak memberinya makan dan yang lainnya. Sedangkan istirahatnya negeri dan pepohonan adalah karena perbuatan jahat sang fajir hujan tidak turun, dia mengeruk kekayaannya dan tidak mengairinya.

Menyikapi Kematian Mendadak

Bagi orang yang berakal sehat tentu akan mengambil pelajaran dari fenomena yang ia saksikan. Terlebih fenomena tersebut telah disampaikan oleh orang yang terpercaya, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Ia akan bersegera kembali kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya, sebelum kematian itu menjemputnya.

Imam al-Bukahri pernah berkata,

Peliharalah waktu ruku'mu ketika senggang . . . Sebab, boleh jadi kematian akan datang secara tiba-tiba

Betapa banyaknya orang yang sehat dan segar bugar . . . Lantas meninggal dunia dengan tiba-tiba


Dan setelah memahami adanya kematian yang mendadak, dan semakin sering terjadi pada akhir zaman (termasuk zaman kita ini), hendaknya kita mempersiapkan diri. Sesungguhnya kematian akan tetap datang. Tidak ada kekuatan di dunia yang bisa melawan ketetapan Ilahi ini. Dan setelah kematian, setiap orang akan mendapat balasan dari amal yang telah dikerjakannya di dunia.

Syaikh bin Bazz rahimahullah pernah berpesan, "Sudah semestinya kita mempersiapkan diri, bahkan karena inilah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memohon dalam doanya:

للَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

"Ya Allah, Aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya nikmat-Mu, berubahnya kesejahteraan dari-Mu, dan siksa-Mu yang datang tiba-tiba serta dari semua murka-Mu." (HR. Muslim no. 2739)

Seorang yang mulia mengatakan, "Banyak di antara kawanku yang telah melepaskan nyawanya saat memperturutkan syahwatnya, menjadi tawanan kenikmatan, lalai mengingat maut dan hisab. Setelah Allah memberi petunjuk kepadaku untuk mentaati-Nya, aku segera menemui sahabatku untuk menasehatinya. Mengajaknya kepada ketaatan dan memperingatkannya dari kemaksiatan. Tetapi, dia hanya beralasan dengan keadaannya yang masih muda. Dia telah tertipu oleh panjang angan-angan. Maka, demi Allah, kematian telah mendatanginya secara mendadak, sehingga hari ini dia telah berada di dalam tanah, terkubur.

. . . Tetapi, dia hanya beralasan dengan keadaannya yang masih muda. Dia telah tertipu oleh panjang angan-angan. Maka, demi Allah, kematian telah mendatanginya secara mendadak, sehingga hari ini dia telah berada di dalam tanah, terkubur. . .

Dia telah terbelenggu dengan keburukan-keburukan yang telah dilakukannya. Kenikmatan telah hilang darinya. Penyanyi-penyanyi wanita telah meninggalkannya. Tinggallah berbagai tanggungjawab pada lehernya. Dia telah menghadap kepada Al-Jabbar (Allah Yang Maha Perkasa) dengan amalan-amalan orang yang fasik dan durhaka. Semoga Allah melindungiku dan Anda dari catatan amal, seperti catatan amalnya, dan dari akhir kehidupan, seperti akhir kehidupannya. Maka bertakwalah kepada Allah, Ya 'Ibadallah! Janganlah engkau menjadi seperti dia, sedangkan engkau tahu bahwa dunia ini telah berjalan ke belakang, dan akhirat berjalan mendatangi. Ingatlah saat kematian dan perpindahan. Dan (ingatlah) yang akan tergambarkan di hadapanmu, berupa banyaknya keburukan dan sedikitnya kebaikan. Maka, apa yang ingin engkau amalkan pada saat itu, segeralah amalkan sejak hari ini. Dan apa yang ingin engkau tinggalkan saat itu, maka tinggalkanlah sejak sekarang.

. . . Semoga Allah melindungiku dan Anda dari catatan amal, seperti catatan amalnya, dan dari akhir kehidupan, seperti akhir kehidupannya. Maka bertakwalah kepada Allah, Ya 'Ibaadallah!

Maka seandainya kita telah mati, kita dibiarkan. Sesungguhnya kematian itu merupakan kenyamanan bagi seluruh yang hidup. Tetapi jika kita telah mati, kita pasti dibangkitkan. Dan setelah itu, kita akan ditanya tentang segala sesuatu." (Kitab Ahwalul Qiyamah, hal. 4-5. Secara ringkas dinukil dari Mukhtasar Ahkamul Janaiz, karya Syaikh Ali bin Hasan Al-Halabi) [PurWD/voa-islam.com]

''Allah Tidak Beranak'', Hanya Orang Buta yang Tak Bisa Memahaminya

Oleh: Badrul Tamam

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menunjuki kita kepada keimanan. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan para shabatnya.

Jelas dan tegas adalah salah satu dari karaktristik akidah Islam. Semua kaum muslimin bisa memahaminya dengan baik tanpa harus memiliki prestasi pendidikan tinggi. Pemahaman ini tidak hanya didominasi para pemikir, cendekiawan, dai, dan atau kiai. Orang awam yang terbatas pendidikannya juga mampu memahaminya dengan baik, atau wajib memahaminya seperti mereka. Di antaranya memahami bahwa Allah Ta'ala adalah satu-satunya Tuhan yang hak, tidak beranak dan diperanakkan.

Sangat tegas Al-Qur'an menyebutkannya dalam surat yang memiiki keutamaan tinggi, pendek suratnya dan sedikit ayatnya, yaitu surat Al-Ikhlash,

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ اللَّهُ الصَّمَدُ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ

"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia"."

Ayat ini turun untuk menjawab tantangan dari para kafir musyrik yang meminta kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam untuk menjelaskan sifat Allah Ta'ala setelah sebelumnya mereka menyebutkan sifat-sifat tuhan mereka. Hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh Ikrimah, bahwa orang-orang Yahudi mengatakan, "Kami menyembah Uzair putra Allah." Lalu Nashrani mengatakan, "Kami menyembah al-Masih putra Allah." kemudian Majusi mengatakan, "Kami menyembah matahari dan bulan." Sementara kaum musyrikin mengatakan, "Kami menyembah berhala-berhala." Kemudian Allah menurunkan surat ini kepada Nabi-Nya Shallallahu 'Alaihi Wasallam sebagai jawaban terhadap mereka. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir)

Ketegasan selanjutnya juga disebutkan Al-Qur'an dalam mengingkari tuduhan Allah beranak atau mengambil anak. Karena keyakinan bahwa Allah mengambil anak berkonsekwensi bahwa Allah butuh kepada selain-Nya. Juga mengharuskan keyakinan adanya tuhan selain-Nya, karena seorang anak pasti mewarisi atau memiliki sifat bapaknya, jika bapaknya memiliki sifat ketuhanan maka anaknya juga memiliki sifat serupa. Dan semua ini mustahil bagi Allah Ta'ala, "Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Al-Syura: 11)

وَقَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا سُبْحَانَهُ بَلْ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِذَا قَضَى أَمْرًا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ

"Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia." (QS. Al-Baqarah: 116-117)

"Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah; ia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kamu tidak mempunyai hujah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?" (QS. Yunus: 68)

"(Dialah) Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya." (QS. Furqan: 2)

Al-Qur'an mengisahkan penolakan dan pengingkaran orang yang dianggap dan diyakini sebagai anak Allah untuk menghinakan tuduhan dan keyakinan mereka terhadap Allah dan hamba utusan-Nya,

"Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)-nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu." (QS. Al-Maidah: 116-117)

Kemudian Al-Qur'an menggambarkan keyakinan Allah punya anak sebagai perkara yang sangat buruk dan jahat. Allah sangat murka karenanya. Sehingga langitpun hampir pecah, bumi terbelah, dan gunung-gunung runtuh karena ucapan yang munkar ini.

"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-93)

Al-Qur'an juga melakukan pendekatan logika untuk membatalkan tuduhan hina terhadap Allah Ta'ala di atas. Yaitu jika ada lebih dari satu Tuhan yang Maha Kuasa, pasti tuhan-tuhan tersebut akan saling berkelahi untuk lebih dominan satu daripada yang lain, sungguh lucu apa yang mereka yakini.

مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ وَلَدٍ وَمَا كَانَ مَعَهُ مِنْ إِلَهٍ إِذًا لَذَهَبَ كُلُّ إِلَهٍ بِمَا خَلَقَ وَلَعَلَا بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يَصِفُونَ

"Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu." (QS. Al-Mukminun: 91)

"Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa yang mereka sifatkan." (QS. Al-Anbiya': 22)

Ketegasan Al-Qur'an dalam menjelaskan akidah tauhid ini adalah dengan menghakimi kepada mereka yang menyatakan Allah itu punya anak lalu menuhankannya.

Allah Ta'ala berfirman,

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang lalim itu seorang penolong pun." (QS. Al-Maidah: 72)

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ

"Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga"." (QS. Al-Maidah: 73)

Sehingga Al-Qur'an memberikan arahan untuk menyeret mereka dari kesesatan tersebut dengan mengajak kepada satu kalimat yang disepakati dan dibawa oleh utusan Allah, nabi Isa bin Maryam dan Nabi Muhammad 'Alaihimas Shalatu Was Salam. Yaitu:

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

"Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)"." (QS. Ali Imran: 64)

Maka jelas dan tegasnya akidah ini, laksana matahari di siang yang tak berawan. Cahayanya sangat terang. Hanya orang buta saja yang tak mampu melihat terangnya cahaya siang.

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

"Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (QS. Al-Hajj: 46)

Dan siapa yang buta matahatinya di dunia dari jelas dan tegasnya prinsip Islam ini, maka di akhriat ia pun akan menjadi orang buta. "Dan barang siapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)." (QS. Al-Isra': 72)

". . . dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia: "Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?" Allah berfirman: "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan". Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal." (QS. Thaahaa: 124-127)

. . . Batilnya keyakinan Allah punya anak bagi seorang muslim seperti matahari di siang yang tak berawan. Cahayanya sangat terang. Hanya orang buta saja yang tak mampu melihat terangnya cahaya siang. . .

Maka sungguh hina orang yang pernah belajar ilmu agama dan mendapatkannya, lalu ia tinggalkan pemberian Allah yang berharga tersebut karena cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya. Sehingga Allah membutakan mata hatinya lalu menyesatkannya. Tidak berguna teguran dan peringatan dari orang-orang beriman. Maka mereka menjadi seperti ANJING LAPAR YANG MELIHAT TULANG.

"Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat) nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, MAKA PERUMPAMAANNYA SEPERTI ANJING JIKA KAMU MENGHALAUNYA DIULURKANNYA LIDAHNYA DAN JIKA KAMU MEMBIARKANNYA DIA MENGULURKAN LIDAHNYA (JUGA). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir." (QS. Al-A'raf: 175-176)

. . . sungguh hina orang yang pernah belajar ilmu agama dan mendapatkannya, lalu ia tinggalkan pemberian Allah yang berharga tersebut karena cenderung kepada dunia dan menuruti hawa nafsunya. . . seperti ANJING LAPAR YANG MELIHAT TULANG.

Maka bagi siapa saja yang telah terlanjur ikut merayakan Natal bersama orang-orang tersesat, segeralah bertaubat, perbaharui iman dan perbanyak istighfar serta beramal sholeh semoga itu menjadi penghapus dari kesalahan yang dangat fatal karena ikut serta acara natal berarti mengakui dan mendukung, bahkan bisa terkategori meridhai, keyakinan Allah beranak atau memiliki anak sehingga ada tuhan yang diakui selain Allah Ta'ala. Maka suci Allah dari apa yang mereka tuduhkan kepada-Nya. Wallahu Ta'ala A'lam.

Jaza' Ukhrawi (Balasan di Akhirat) Harus Lebih Diprioritaskan

Oleh: Badrul Tamam

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb yang senantiasa kita memuji-Nya, memohon pertolongan dan meminta ampun kepada-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari keburukan diri kita dan jeleknya amal perbuatan kita. Siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada seorangpun yang sanggup menyesatkannya. Sebaliknya, siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tak seorangpun yang sanggup memberinya petunjuk.

Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada baginda Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, penyampai risalah, pembawa kebenaran, dan suri teladan dalam kehidupan berislam. Semoga shalawat dan salam juga dilimpahkan kepada keluarga, para sahabat, dan siapa yang mengikuti sunnah-sunnahnya hingga akhir zaman.

Meyakini adanya kehidupan akhirat dan Jaza' Ukharwi (balasan di akhirat) merupakan bagian dari prinsip pokok ajaran Islam. Setiap muslim di negeri bagian timur dan baratnya wajib meyakininya. Al-Qur'an dan al-Sunnah penuh dengan kabar-kabar tentang adanya kehidupan sesudah kematian, perhitungan amal dan tempat persinggahan terakhir; surga dan neraka, di antaranya:

زَعَمَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنْ لَنْ يُبْعَثُوا قُلْ بَلَى وَرَبِّي لَتُبْعَثُنَّ ثُمَّ لَتُنَبَّؤُنَّ بِمَا عَمِلْتُمْ وَذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ

"Orang-orang yang kafir mengatakan, bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah: "Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan". Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." (QS. Al-Taghabun: 7)

Bagian dari karaktristik syariat Islam, menjanjikan Jaza' Ukhrawi kepada umatnya. Lebih mengutamakan dan mengedepankannya daripada Jaza' Duniawi (balasan di dunia). Sehingga janji baik dan ancaman di akhirat lebih ditekankan. Sementara hukuman di dunia, diancamkan kepada mereka yang kurang percaya kepada negeri akhirat, yaitu dari kalangan munafikin, atau orang yang menampakkan kekufuran dan orang yang lemah iman di hadapan maksiat. Kemudian syariat datang dengan memaksanya berhenti dari kemaksiatan tersebut dan menghapuskan kesalahan tersebut supaya ia selamat dari azab ukhrawi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. " (QS. Al-Tahrim: 6)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ

"Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, " (QS. Al-Tahrim: 8)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (QS. Al-Ahzab: 70-71)

Bagi seorang mukmin, persoalan akhirat mendapat perhatian besar. Karena akhirat adalah negeri pembalasan amal. Di sanalah mereka akan kekal. Siapa yang beruntung di sana, dialah yang benar-benar sukses. Sebaliknya, siapa yang buntung (celaka) di sana, ia benar-benar orang yang merugi.

"Supaya Allah memisahkan (golongan) yang buruk dari yang baik dan menjadikan (golongan) yang buruk itu sebagiannya di atas sebagian yang lain, lalu kesemuanya ditumpukkan-Nya, dan dimasukkan-Nya ke dalam neraka Jahanam. Mereka itulah orang-orang yang merugi." (QS. Al-Anfal:37)

Dan orang-orang yang beriman berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan) keluarga mereka pada hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang lalim itu berada dalam azab yang kekal." (QS. Al-Syuura: 45)

"Katakanlah: "Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat". Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.Bagi mereka lapisan-lapisan dari api di atas mereka dan di bawah mereka pun lapisan-lapisan (dari api)." (QS. Al-Zumar: 15-16)

Kesuksesan hidup di akhirat adalah saat seseorang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga. Dan untuk meraihnya, mereka harus menundukkan nafsunya untuk sungguh-sungguh melaksanakan perintah Allah, melakukan hal-hal yang berlawanan dengan hawa nafsunya, menjauhi kemalasan dan perbuatan maksiat yang disukai oleh jiwa manusia.

. . . Siapa yang beruntung di sana (akhirat), dialah yang benar-benar sukses. Sebaliknya, siapa yang buntung (celaka) di sana, ia benar-benar orang yang merugi. . .

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

حُجِبَتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ

"Neraka diliputi oleh syahwat sedangkan surga diliputi oleh sesuatu yang tidak disuka." (Muttafaq 'Alaih, lafaz milik Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)

Lafaz hadits di atas merupakan bagian dari Jawami' Kalim (kalimat ringkas yang penuh makna) Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dalam mencela syahwat walau jiwa ini cenderung kepadanya, juga dalam menganjurkan berbuat ketaatan walau jiwa ini tidak menyukainya dan merasa berat menjalankannya. Di mana seseorang yang berkeinginan masuk surga itu harus mampu menundukkan diri/jiwanya untuk menjalankan beban syariat dari Allah dalam bentuk mengerjakan perintah atau meninggalkan larangan dengan perkataan maupun perbuatan. Dan maksud surga diliputi dengan makarih (sesuatu yang tak disuka) karena beratnya beban yang harus ditanggung dan pelaksanaannya yang sulit, bersabar atas musibah dan menerima keputusan Allah dengan lapang dada.

. . . Surga diliputi dengan makarih: karena beratnya beban yang harus ditanggung dan pelaksanaannya yang sulit, bersabar atas musibah dan menerima keputusan Allah dengan lapang dada. . .

Hal ini berbalik keadaan ahli neraka, ia bebas berbuat apa saja dan menikmati dunia sekehendaknya tanpa memperhatikan larangan-larangan syariat. Orang yang ingin masuk neraka juga tak perlu repot memenuhi panggilan shalat, menunaikan zakat, dan puasa Ramadhan. Jika ingin mabuk, maka ia mabuk. Jika ingin zina, maka ia berzina. Jika ingin mencuri, ia mencuri, jika mau korupsi, ia korupsi. Tak perlu ia memperhatikan perintah Allah dan tak perlu ia mengindahkan larangan-Nya. Namun, kelak ia dimasukkan ke dalam neraka yang siksanya tak ada bandingnya.

Allah Ta’ala berfirman:

فَالَّذِينَ كَفَرُوا قُطِّعَتْ لَهُمْ ثِيَابٌ مِنْ نَارٍ يُصَبُّ مِنْ فَوْقِ رُءُوسِهِمُ الْحَمِيمُ

"Maka orang kafir akan dibuatkan untuk mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke atas kepala mereka.” (QS. Al-Hajj: 19)

Para penghuni neraka akan dikenakan untuk mereka pakaian dari aspal yang lalu dibakar dengan api neraka . Tidak cukup itu saja, al-hamim (air yang sedang mendidih dan sangat panas) akan disiramkan ke atas kepala mereka, kita berlindung kepada Allah dari menjadi ahli neraka!

Kemudian Allah melanjutkan,

يُصْهَرُ بِهِ مَا فِي بُطُونِهِمْ وَالْجُلُودُ

"Dengan air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka).” (QS. Al-Hajj: 20) betapa dahsyatnya panas air tersebut. Saat disiramkan di atas kepala, maka air tersebut akan menghancurkan isi perut; daging, lemak, dan ususnya. Yakni isi perutnya meleleh karena panasnya air neraka yang mendidih tersebut. Sehinggapun kulit mereka juga meleleh. Kita memohon keselamatan kepada Allah dari beratnya siksa neraka.

Selanjutnya Allah berfirman,

وَلَهُمْ مَقَامِعُ مِنْ حَدِيدٍ

"Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.” (QS. Al-Hajj: 21)

Maqami’ itu semacam palu atau martil dari besi yang dipukulkan ke kepala mereka. Maka ketika mereka hendak keluar dari neraka, dipukulkan martil-martil tersebut di atas kepala mereka supaya siksa tidak terputus dari mereka. “Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalamnya. (Kepada mereka dikatakan): "Rasailah adzab yang membakar ini".” (QS. Al-Hajj: 22)

Dari sini seorang muslim memiliki sikap yang jelas saat menghadapi pilihan antara dunia dan akhirat. Ia lebih memprioritaskan kehidupan akhiratnya daripada dunianya. Karena bagi dia, "Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Al-A'laa: 17).

Oleh sebab itu, saat berhadapan dengan pilihan antara tunduk kepada aturan hukum Allah atau mengikuti ketetapan-ketatapan hukum yang bersumber dari akal dan nafsu manusia, maka ia akan lebih memprioritaskan ketundukan kepada Allah Ta'ala. Karena Allah-lah penguasa pada hari pembalasan di akhriat kelak. Dia menjanjikan surga bagi yang taat dan mengancam neraka bagi yang ingkar kepada-Nya. Sementara nafsu manusia hanya menjanjikan kepuasan duniawi semata. Tidak ada jaza' ukhrawi baik dalam bentuk penghargaan atau ancaman yang dijanjikan.

Satu contoh yang dapat dijadikan pelajaran, seorang muslim akan lebih senang tunduk kepada aturan ketetapan Allah dalam urusan warisan dengan ketentuan-ketentuan jatah pembagian dari Allah Ta'ala. Yaitu jatah untuk laki-laki dua kali lipat daripada perempuan (2:1). Karena ketetapan ini merupakan ketentuan dari Allah Ta'ala sebagai bagian dari hukum-Nya yang wajib dipatuhi manusia. Melalui ketetapan ini, Allah menguji para hamba-Nya akan ketundukan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya. Jika menerima dengan lapang dada dengan keputusan ini maka ia termasuk orang yang taat sehinggga dijanjikan masuk surga.

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

"(Hukum-hukum waris tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Nisa': 13)

Imam Abu Ja'far al-Thabari menjelaskan maksud QS. Al-Nisa': 12 di atas, pembagian warisan ini adalah sebagai pasal untuk membedakan antara ketaatan kepada-Nya dan kemaksiatan terhadap-Nya. Dan ketetapan di atas sebagai batasan bagi manusia agar tidak melampauinya. Semua ini untuk Dia mengetahui siapa dari mereka yang taat kepada-Nya dan siapa yang bermaksiat terhadap perintahkan-Nya dalam pembagian warisan.

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya mejelaskan tentang maksud ayat di atas: "Inilah ketentuan-ketentuan dan ketetapan-ketetapan yang telah Allah jadikan untuk ahli waris sesuai dengan hubungan kekerabatan mereka dengan mayit dan butuhnya mereka kepadanya serta rasa kehilangan mereka dengan kepergiannya; merupakan HUDUDULLAH (batasan-batasan dari Allah), maka janganlah kalian melampaui batas dan jangan pula melanggarnya. Oleh karena ini Dia berfirman, "Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya." Artinya, dalam masalah tersebut. Sehingga ia tidak menambahkan atau mengurangi sebagian ahli waris dengan tipuan atau cara-cara lain. Akan tetapi, ia menetapkannya sesuai hukum Allah, ketentuan dan pembagian-Nya."

Bagi mereka yang taat, maka Allah janjikan, "Niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar."

Adapun orang yang tidak terima dengan tetapan pembagian dari Allah ini dan menurutkan hawa nafsunya dengan melanggar, melampaui batas, mengurangi, atau mencari ketetapan lain dari manusia, maka ia telah melanggar HUDUDULLAH di atas. Ia terkategori orang durhaka (maksiat) kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan baginya adalah siksa neraka dan azab yang menghinakan.

وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ

"Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan." (QS. Al-Nisa': 13-14)

Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya saat menerangkan ayat ini, "Sementara bagi orang yang tidak mengindahkan ketentuan dan jatah yang telah Allah tetapkan dari hukum waris, "niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan." Hal ini karena ia tidak menegakkan hukum Allah, untuk itu dibalaslah ia dengan kehinaan berupa azab yang sangat pedih." (Lihat Tafsir Ibnu Katsir terhadap QS. Al-Nisa': 13-14)

Imam Abu Ja'far al-Thabari rahimahullah berkata: Sementara maksud, " Dan barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya", yakni dalam mengerjakan perintah keduanya berupa pembagian warisan yang telah keduanya perintahkan, serta perintah-perintah Allah lainnya. Ia menyimpang dari perintah keduanya kepada apa yang keduanya larang.

"Dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya" yakni melanggar batas-batas ketaatan yang telah Dia jadikan sebagai pembatas dengan kemaksiatan terhadap-Nya kepada larangan-Nya, berupa pembagian harta peninggalan mayit kalian di antara ahli warisnya, dan batasan-batasan Allah lainnya.

Jika itu dilakukan maka, "niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya," yakni ia kekal di dalamnya untuk selama-lamanya, tidak mati dan tidak dikeluarkan darinya untuk selama-lamanya. "dan baginya siksa yang menghinakan," yakni baginya siksa yang menghinakan dan merendahkan bagi orang yang disiksa dengannya. (Diringkaskan dari Tafsir Jami' al-Bayan fi Ta'wil al-Qur'an, Abu Ja'far al-Thabari)

Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam Aisar Tafasir-nya menyebutkan, "Dan siapa yang durhaka kepada Allah Ta'ala dan Rasul-Nya dengan melanggar batasan-batasan Allah di atas dan (batasan lainnya dari syariat dan hukum Allah) dan mati di atasnya, maka balasannya adalah Allah akan memasukkannya ke dalam neraka yang ia kekal di dalamnya dan baginya azab yang menghinakan." Wallahu Ta'ala A'lam. [PurWD/voa-islam.com]
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Hidupkan Dakwahmu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Hanive Design
Proudly powered by Blogger